Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Filsafat ilmu : Pengertian, Tujuan, Manfaat, dan Ruang Lingkup Filsafat Ilmu

Filsafat ilmu :

Filsafat ilmu - Filsafat ilmu ialah cabang filsafat yang pelajari dan menanyakan secara struktural berkenaan inti pengetahuan ilmu yang terkait dalam beberapa masalah filosofis dan esensial yang ada pada ilmu untuk capai pengetahuan yang ilmiah.

Pokoknya, filsafat ilmu ialah filsafat dengan dasar ulasan ilmu selaku pokok atas sesuatu yang ditanyakan berkenaan kebenaran. Permasalahannya, gampang untuk ingat dan menerangkan apa pengertian dari filsafat ilmu tetapi susah untuk betul-betul pahami akar apa yang didalami dalam filsafat ilmu.

Contoh kenyataannya diterangkan oleh Lacey (1996) yang membuat beberapa point ulasan yang akan dieksplorasi dalam filsafat ilmu, beberapa poin dasar ulasan itu ialah:

1. Inti ilmu tersebut

2. Arah dari ilmu

3 Sistem ilmu

4. Beberapa bagian ilmu

 5. Capaian ilmu

6.Jalinan ilmu dengan permasalahan kehidupan atau filosofi lainnya misalnya: nilai, norma, kepribadian dan kesejahteraan manusia

Untuk perdalam pengetahuan pada filsafat ilmu juga kita harus betul-betul memahami apakah yang dimaksud dengan filsafat.

Pengertian Filsafat

Filsafat ialah pertimbangan dan analisis lengkap pada sesuatu pertimbangan, keyakinan dan sikap yang telah dijunjung tinggi kebenarannya lewat penelusuran ulangi dan riset ide landasan untuk membuat kebenaran, alasan dan kebijakan yang lebih bagus.

Filsafat secara harfiah bermakna "menyukai kebijakan". Itu berarti, filsafat mempunyai makna menyukai cari ke arah penemuan kebijakan atau kearifan. Menyukai kearifan di sini tentu saja berarti menyukainya dengan lakukan proses dalam makna penelusuran kearifan sekalian produknya.

Dalam proses penelusuran itu, yang dicari ialah kebenaran-kebenaran konsep yang memiliki sifat general. Konsep yang memiliki sifat general ini harus bisa digunakan untuk menerangkan segala hal analisis atas object filsafat. Lebih jauh berkenaan pengertian filsafat, bisa dibaca pada artikel berikut ini:

Pengertian Ilmu

Kata ilmu berawal dari bahasa Arab, yakni alima yang bermakna pengetahuan. Penggunaan kata ilmu dengan bahasa Indonesia mengarah pada kata science dengan bahasa inggris. Science sendiri berawal dari bahasa Latin: Scio, Scire yang berarti pengetahuan.

Ilmu merupakan pengetahuan, tetapi ada bermacam jenis pengetahuan, misalnya: pengetahuan biasa dan pengetahuan ilmu. Pengetahuan biasa ialah pengetahuan sehari-harinya yang kita peroleh dari bermacam sumber bebas dan belum pasti betul atau berdasar fakta. Sesaat pengetahuan ilmu ialah pengetahuan yang jelas, eksak, berdasar fakta dan terorganisir.

Pengetahuan Ilmu

Ilmu harus diatur secara struktural dan berdasar metodologi untuk usaha capai satu simpulan atau generalisasi. Ilmu terdiri jadi tiga kelompok pembentuknya, yakni: tesis, teori, alasan hukum. Dalam analisis ilmiah untuk membuat ilmu, bila data faktual yang terkumpul masih sedikit atau belumlah cukup, karena itu periset baru membuat tesis.

Sama seperti yang sudah diterangkan di atas, tesis ialah sangkaan pertimbangan berdasar beberapa data tebatas yang belum lumayan kuat. Tesis akan memberi arah pada riset untuk mengumpulkan data yang diperlukan. Data yang sudah digabungkan dan dipandang cukup selaku hasil riset hadapi tesis.

Jika data yang sudah dihimpun sanggup memverifikasi tesis, karena itu tesis itu beralih menjadi tesis atau teori. Bila teori capai generalisasi atau simpulan umum, karena itu teori itu beralih menjadi alasan atau teori, tetapi teori mapan yang sudah sering dipakai oleh beberapa periset lain selaku pantauan pustaka. Tingkatan paling akhir ialah bila teori bisa pastikan jalinan sebab-akibat yang serba masih dimanapun, karena itu dia bisa menjadi hukum

klasifikasi pembangunan ilmu (kelompok): hipotesi, tesis, alasan, hukum

Jalur mekanisme pembangunan ilmu (kelompok): tesis, tesis, alasan, hukum.

Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan berawal dari bahasa Inggris yakni: knowledge. Dalam encyclopedia of philosophy, pengertian pengetahuan ialah keyakinan yang betul. Sesaat secara terminologi akan disampaikan salah satunya opini pakar berkenaan pengertian mengenai pengetahuan berikut ini:

Pengetahuan ialah apa yang dijumpai atau hasil kerja tahu. Pekerjaan tahu itu ialah dari hasil mengenal, sadar, insaf, pahami, dan pintar. Pengetahuan itu ialah seluruh punya atau isi pemikiran. Dengan begitu, pengetahuan adalah hasil dari proses usaha manusia untuk tahu (Gazalba, 1973).

Pengetahuan merupakan suatu  proses kehidupan yang dijumpai manusia langsung dari kesadarannya sendiri. Orang pragmatis, khususnya John Dewey tidak membandingkan pengetahuan dengan kebenaran (di antara knowledge dengan truth). Jadi, menurut Dewey pengetahuan itu harus betul, jika tidak betul karena itu hal itu bukan pengetahuan.

Tipe pengetahuan

Bergerak dari pengetahuan ialah kebenaran dan kebenaran ialah pengetahuan karena itu dalam kehidupan manusia bisa mempunyai pengetahuan dan kebenaran. Burhanuddin Salam menyampaikan jika pengetahuan yang dipunyai manusia ada empat, yakni:

Pengetahuan biasa. Yaitu pengetahuan yang dalam filsafat disebutkan dengan arti common sense atau logika wajar; suatu hal yang logis. Kadang dikatakan sebagai good sense juga yang bermakna pengetahuan yang diterima dengan baik. Misalnya: seluruh orang mengatakan suatu hal itu merah sebab itu merah, benda itu panas karena dirasa panas dan lain-lain. Kadang ada banyak pengetahuan biasa yang sebenarnya kurang pas sampai tidak betul, tetapi telah diterima apa yang ada oleh warga.

Pengetahuan ilmu. Adalah ilmu selaku terjemahan dari science yang pada konsepnya ialah usaha untuk mengordinasikan, mensistematisasikan common sense, satu pengetahuan yang dari pengalaman dan penilaian di kehidupan setiap hari atau sangkaan yang lain belum ditunjukkan. Untuk selanjutnya diteruskan dengan satu pertimbangan secara jeli dan cermat memakai bermacam sistem. Ilmu bisa adalah satu sistem memikir secara netral (objective thinking), maksudnya untuk memvisualisasikan dan memberikan arti pada dunia faktual. Pengetahuan yang didapat dengan ilmu, didapatnya lewat pengamatan, uji coba, dan kategorisasi. Riset ilmu itu netral dan menepikan elemen individu atau subyektif, pertimbangan nalar diprioritaskan, netral dan junjung bukti.

Pengetahuan filsafat. Yakni pengetahuan yang didapat dari pertimbangan yang kontemplatif dan spekulatif. Pengetahuan filsafat mengutamakan pada universalitas kedalaman analisis berkenaan Ilmu cuman pada satu sektor pengetahuan yang meruncing, sesaat filsafat mengulas hal yang lebih luas namun dalam. Filsafat umumnya memberi pengetahuan reflektif dan gawat hingga ilmu yang semula kaku dan condong tertutup dilonggarkan kembali lagi untuk terima perombakan yang dipandang lebih positif.

Pengetahuan agama. Adalah pengetahuan yang cuman didapat dari Tuhan melalui beberapa utusan-Nya. Pengetahuan agama memiliki sifat mutlak, absolut dan harus dipercaya oleh beberapa penganutnya tiada bukti empiris sekalinya.

Ketidaksamaan Ilmu dan Pengetahuan

Dari bermacam paparan di atas, terlihat muncul kerancuan di antara pengertian pengetahuan dan ilmu. Ke-2 kata itu kerap dipandang mempunyai kesamaan makna. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ilmu disamakan berarti dengan pengetahuan. Hal tersebut diperumit dengan peristiwa ilmu dan pengetahuan kadang digabungkan jadi kata majemuk; ilmu pengetahuan.

Hal itu kerap kita temui dalam bermacam karangan yang mengulas mengenai ilmu pengetahuan. Tetapi, bila ke-2 kata ini berdiri dengan sendiri akan terlihat ketidaksamaan di antara ke-2 nya. Dari asal ucapnya, bisa kenali jika pengetahuan diambil dari bahasa inggris yakni: knowledge

Untuk menegaskan pengetahuan kita harus juga sanggup membandingkan di antara pengetahuan yang karakternya pra ilmiah dan pengetahuan ilmiah. Pengetahuan pra ilmiah ialah pengetahuan yang belum penuhi persyaratan ilmiah biasanya misalnya:

harus mempunyai object spesifik (object resmi dan materil)

harus bersistem

mempunyai sistem spesifik

karakternya umum

Kebalikannya, pengetahuan ilmiah ialah pengetahuan yang perlu penuhi persyaratan ilmiah. Pengetahuan pertama dikatakan sebagai pengetahuan biasa dan pengetahuan ke-2 disebutkan pengetahuan ilmiah sama seperti yang sudah diterangkan pada paparan awalnya di atas.

Jadi, bisa diambil kesimpulan jika pada intinya pengetahuan berlainan dengan ilmu. Ketidaksamaan itu nampak dari karakter strukturalnya dan langkah mendapatkannya. Tetapi pada perubahannya, pengetahuan dengan ilmu bersinonim makna, sedang dalam makna material ke-2 nya memiliki ketidaksamaan.

Pengertian Filsafat Ilmu Menurut Beberapa Pakar

Pengertian filsafat ilmu berdasar sebagian pakar, pendapat-pendapat para ahli itu ialah:

Robert Ackerman

Filsafat ilmu pada sebuah segi ialah satu pantauan gawat berkenaan pendapat-pendapat ilmiah, saat ini, lewat perbedaan pada kriteria-kriteria yang ditingkatkan dari pendapat-pendapat spesifik, tapi filsafat ilmu terang bukan satu kemandirian cabang ilmu dari praktik ilmiah secara aktual.

Lewis White Beck

Beck memiliki pendapat jika filsafat ilmu mengulas dan menilai cara-cara pertimbangan ilmiah dan usaha untuk coba mendapati ilmu dan keutamaan usaha ilmiah ilmu keseluruhannya.

Cornelius Benjamin

Flsafat ilmu ialah cabang pengetahuan filsafat yang disebut pelajari struktural berkenaan ilmu, terutamanya: sistem, ide dan praanggapannya, dan terletak dalam rangka umum cabang-cabang pengetahuan cendekiawan.

Michael V. Berry

Michael V. Berry memiliki pendapat jika filsafat ilmu adalah penelitian mengenai nalar interen dari teori-teori ilmiah dan hubungan-hubungan di antara eksperimen dan teori, yakni: sistem ilmiah.

Peter Caws

Caws menyampaikan jika filsafat ilmu adalah sisi filsafat yang coba berusaha dan lakukan penelusuran pada ilmu.

Psillos dan Curd (2008)

Psillos dan Curd memiliki pendapat jika filsafat ilmu ialah filsafat yang terkait dengan beberapa masalah filosofis dan esensial yang ada dalam ilmu.

Dalton dkk. (2007)

Filsafat ilmu merujuk pada kepercayaan seorang mengenai akar pengetahuan ilmiah, akar sistem dalam perolehan pengetahuan ilmiah sampai ke jalinan di antara ilmu dan sikap manusia.

Rudner (1966)

Saat itu Rudner memiliki pendapat jika filsafat ilmu adalah sisi dari epistemologi yang disebut filsafat yang fokus pada analisis mengenai karakter pengetahuan ilmiah.

Hanurawan (2012)

Filsafat ilmu adalah salah satunya cabang filsafat, terutamanya dalam epistemologi, yang pelajari inti pengetahuan ilmu.

Tujuan Filsafat Ilmu

a. Filsafat ilmu selaku fasilitas pengetesan penalaran ilmiah, hingga orang jadi gawat dan jeli pada aktivitas ilmiah. Tujuannya seorang periset harus mempunyai sikap gawat pada sektor ilmunya sendiri, hingga bisa menghindari diri dari sikap solipsistik, memandang jika cuman gagasannya yang paling betul.

b. Filsafat ilmu adalah usaha merefleksi, mengetes, mengomentari anggapan dan sistem keilmuan. Karena kecondongan yang berlangsung di kelompok periset kekinian ialah mengaplikasikan satu sistem ilmiah tiada memerhatikan susunan ilmu pengetahuan tersebut.Yang dibutuhkan di sini yaitu suatu sikap bagaimana mempraktekan sistem ilmiah yang selaras atau pas dengan susunan ilmu pengetahuan, bukan kebalikannya. Sistem cuman anjuran memikir, bukan inti ilmu pengetahuan.

c. Filsafat ilmu memberi pendasaran rasional pada sistem keilmuan. Tiap sistem ilmiah yang ditingkatkan harus bisa dipertanggungjawabkan secara logis-rasional, agar dimengerti dan dipakai pada umumnya. Makin luas akseptasi dan pemakaian sistem ilmiah, karena itu makin benar sistem itu. Pengkajian tentang ini dibahas dalam metodologi, yakni ilmu yang pelajari mengenai beberapa cara untuk mendapatkan kebenaran.

d. Mempelajari beberapa unsur dasar ilmu, hingga secara detail kita dapat pahami, sumber, hakekat, dan tujuan ilmu.

e. Pahami riwayat perkembangan, perubahan dan perkembangan ilmu di beberapa sektor, hingga kita mendapatkan kisah mengenai proses ilmu kontemporer secra bersejarah.

f. Jadi dasar untuk beberapa dosen dan mahasiswa dalam mempelajari studi di perguruan tinggi, khususnya untuk membandingkan masalah yang ilmiah dan non ilmiah.

g. Menggerakkan pada calon periset dan iluman untuk stabil dalam mempelajariilmu dan mengembangkannya.

h. Menegaskan jika dalam masalah sumber dan tujuan di antara ilmu dan agama tidak ada pertentangan.

i. Pahami imbas aktivitas ilmiah (riset) yang berbentuk tehnologi ilmu (misalkan alat yang dipakai oleh sektor klinis, tehnik, computer) dengan warga yakni berbentuk tanggung jawab dan implementasi benar. misalkan permasalahan euthanasia di dunia kedokteran masih dilematis dan problemtik, penjebolan pada mekanisme keamanan computer, pemalsuan pada hak atas kekayaaan cendekiawan, plagiat dalam kreasi ilmiah.

8. Manfaat Filsafat Ilmu

Tentang hal manfaat dari pelajari filsafat ilmu, yakni :

a. Menyadarkan seorang periset supaya tidak terjerat ke dalam sudut pandang "menara gading"yaitu cuman memikir murni dalam sektornya tiada menyangkutkannya dengan fakta yang berada di luar dianya. Walau sebenarnya tiap rutinitas keilmuwan nyarisnyaris tidak bisa dilepaskan dalam kerangka kehidupan sosial bungkusyarakatan. 

Jadi filsafat ilmu dibutuhkan hadirnya di tengah-tengah perubahan IPTEK yang diikuti makin menajamnya specialistasi ilmu pengetahuan. Karena dengan pelajari filsafat ilmumaka beberapa periset akan mengetahui kebatasan dianya dan tidak terjebak ke dalam sikap angkuhsi cendekiawan. Hal yang dibutuhkan ialah sikap transparansi diri di kelompok periset hingga mereka bisa sama-sama menegur dan arahkan semua kekuatan keilmuan yang dipunyainya untuk kebutuhan umat manusia.

b. Meningkatkan ilmu, tehnologi dan perindustrian dalam batas nilai ontologis. Lewat pola ontologism diinginkan bisa menggerakkan perkembangan wacana religius keilmuan yang sanggup menangani bahaya sekularisme semua ilmu.

c. Meningkatkan ilmu, tehnologi dan pertindustrian dalam batas nilai epistemologis. Melalaui pola epistemologis diinginkan akan menggerakkan perkembangan wacana cendekiawan keilmuan yang sanggup membuat sikap ilmiah.

d. Meningkatkan ilmu, tehnologi dan perindustrian dalam batas akiologi. Lewat pola aksiologis diinginkan bisa menumbuhkembangkan nilai-nilai benar, dan menggerakkan sikap adil dan membuat kepribadian tanggung jawab. Semua ilmu dan tehnologi dipertanggung jawabkan bukan untuk kebutuhan manusia, tetapi untuk kebutuhan objek  selaku sumber kehidupan.

e. Menambahkan penglihatan dan cakrawala yang lebih luas supaya tidak memikir dan berlaku sempit dan tertutup.

f. Jadikan diri memiliki sifat aktif dan terbuka dalam hadapi bermacam masalah.

g. Mengetahui akan posisi manusia baik selaku pribadimaupun dalam hubungan sama orang lain, alam seputar,dan Tuhan YME.

h. Filsafat ilmu berguna untuk menerangkan kehadiran manusia dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan tehnologi yang disebut alat untuk bikin hidup bertambah lebih baik

i. Filsafat ilmu berguna untuk membuat diri sendiri dengan memikir secara radikal (berpikiran hingga ke akar-akarnya), kita alami dan mengetahui kehadiran kita.

j. Filsafat ilmu memberi rutinitas dan kebijakan untuk melihat dan pecahkan beberapa persoalan di kehidupan setiap hari. Orang yang hidup secara dangkal saja, tidak gampang menyaksikan beberapa persoalan, apa lagi menyaksikan solusinya.

k. Filsafat ilmu memberi penglihatan yang luas, hingga bisa membendung egoisme dan ego-sentrisme (dalam segalanya cuman menyaksikan dan mengutamakan kebutuhan dan kesenangan diri kita).

l. Filsafat ilmu ajak untuk memikir secara radikal, holistik dan struktural, sampai kita bukan hanya ikutan saja, mengikut pada penglihatan umum, yakin akan tiap semboyan dalam beberapa surat berita, tapi secara gawat menyelidik apa yang disampaikan orang, memiliki opini sendiri, dengan harapan cari kebenaran.

m. Filsafat ilmu memberi beberapa dasar, bagus untuk hidup kita sendiri (khususnya dalam norma) atau untuk ilmu-ilmu pengetahuan dan yang lain, seperti sosiologi, ilmu jiwa, ilmu mendidik, dan lain-lain.

n. Filsafat ilmu berguna selaku pembebas. Filsafat bukan sekedar menggedor pintu penjara adat dan rutinitas yang sarat dengan bermacam dogma dan mite, tetapi mengambil manusia keluar dari penjara itu. Filsafat ilmu melepaskan manusia dari belenggu langkah memikir yang mistik dan doktrin.

o. Filsafat ilmu menolong supaya seorang sanggup membandingkan masalah yang ilmiah yang tidak ilmiah.

p. Filsafat ilmu memberi dasar bersejarah-filosofis untuk tiap analisis disiplin ilmu yang ditelateni.

q. Filsafat ilmu memberi nilai dan tujuan yang pasti untuk tiap disiplin ilmu.

r. Filsafat ilmu memberi panduan dengan sistem pertimbangan reflektif dan riset penalaran agar manusia bisa menyerasikan di antara nalar, rasio, pengalaman, dan agama dalam usaha mereka dalam pemenuhan keperluannya untuk capai hidup yang sejahtera.

s. Filsafat ilmu memberi pendasaran rasional pada sistem keilmuan. Tiap sistem ilmiah yang ditingkatkan harus bisa dipertanggungjawabkan secara logis-rasional, agar dimengerti dan dipakai pada umumnya.

Menghindari diri dari memutlakan kebenaran ilmiah, dan memandang jika ilmu selaku salah satu langkah mendapatkan kebenaranMenghidarkan diri dari egoisme ilmiah, yaitu tidak menghargakan pemikiran lain di luar sektor ilmunya.

Ruangn Lingkup Filsafat Ilmu

Filsafat ilmu adalah sisi dari epistemologi atau filsafat pengetahuan yang secara detil membahas inti ilmu, dengan ruang lingkup misalnya :

Object apa yang dicermati ilmu ? Bagaimana bentuk yang utama dari objek itu? Bagaimana hubungan  antara objek barusan dengan daya tangkap manusia yangmembuahkan pengetahuan ? (Dasar ontologis)

Bagaimana proses yang memungkinkannya ditimbanya pengetahuan yang berupailmu? Bagaimana prosesnya? Beberapa hal apa yang harus jadi perhatian supaya mengisyaratkan pengetahuan yang betul? Apa kriterianya? Apa yang disebutkebenaran itu? Apa ada kriterianya? Langkah, tehnik, fasilitas apa yang menolong kitadalam memperoleh pengetahuan yang berbentuk ilmu? (Dasar epistemologis)

Buat apa pengetahuan yang berbentuk ilmu itu dipakai? Bagaimana hubungan di antara langkah pemakaian itu dengan beberapa kaidah kepribadian? Bagaimana penetapan objek yang dicermati berdasar beberapa pilihan kepribadian ? Bagaimana hubungan di antara tehnik prosedural yang adalah pengoperasian sistem ilmiah dengan norma-norma kepribadian/profesional? (Dasar aksiologis)