Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Serba-serbi Makanan Serba Celup dari Mr.Celup’s

 

Serba-serbi  Makanan Serba Celup dari   Mr.Celup’s

Kuliner : Namanya makanan yang ditusuk dengan lidi (sate), biasanya diolah dengan cara dibakar atau dipanggang. Apalagi dari sea food seperti kerang. Namun oleh tiga orang pria, makanan tersebut tidak dibakar atau dipanggang melainkan di rebus. 

Hasilnya, laris manis seperti kacang goreng. Banyak orang yang suka. Saking banyaknya yang suka, pembeli harus antri bahkan ada yang makan sambil berdiri. Setiap harinya, lebih 5000 tusuk habis terjual.

Adalah tiga pria asal Bogor, Sugiarto, Thomas Linardi dan Mulyadi, yang pertama kali mempopulerkan jenis makanan ini. Awalnya cerita Thomas, di sela-sela kesibukan kerja, mereka bertiga berinisiatif untuk membuka usaha. 

Setelah urung rembug, jadilah mereka membuka usaha dibidang makanan dan memberi nama usaha mereka Mr. Celup’s.

Kebetulan ketiga pria ini memang suka makan. Setiap ada informasi tempat makan baru yang enak, mereka selalu memburunya. Bahkan saat mereka jalan-jalan ke luar negeri, kebiasanya tersebut masih tetap dilakukan. 

Setelah melakukan semacam survei kecil-kecil, maka pilihan jatuh pada jenis makanan sea food yang direbus. Cara jualan pun cukup menarik, berkeliling di atas sebuah mobil box. 

Namun lantaran sudah punya pelanggan, mereka tidak berkeliling lagi melainkan ngetem di suatu tempat yang dianggap strategis.

Mr. Celup's Buka malam Hari

Setiap hari, Thomas mengaku satu unit mobil box mampu menjual lebih dari 4000-5000 tusuk. Mereka mulai membuka gerainya dari pukul 15.30 petang hingga 24.00 malam. 

“Karena konsep makanan ini rebusan, cocoknya dinikmati pada malam hari. Kalau siang kurang nikmat. Makanya  selalu ada saat menjelang malam

Harganya bervariasi, dari yang hanya 500 perak hingga Rp 2500. Uniknya, penentuan harga ditentukan pada warna yang terdapat diujung tusuk sate. Misalkan, tusuk sate yang ujungnya berwarna hijau, harganya hanya 500 perak, kuning (Rp 1000), biru (1500), merah (2000) dan polos (2500). 

Tusuk sate yang berwarna hijau, papar Thomas, biasanya berupa sayur-sayuran seperti kangkung, kuning hampir sama dengan hijau hanya saja ditambah dengan tahu atau otak-otak, dan merah berisi sosis. Satu tusuk sate biasanya berisi 4-5 potong. 

Tapi kalau isinya agak sedikit besar, bisa 2-3 potong. Sampai saat ini ada sekitar 40 item yang mereka jual. Mulai dari udang, kerang, baso ikan, baso udang, chikua, tuna roll, seaweed roll, fish roll, pumac, kangkung, dan sebagainya.

Warna yang kami gunakan menggunakan pewarna untuk makanan, bukan untuk pakaian,” ungkap Thomas. Warna hanya menentukan harga, isinya sih bisa bervariasi. Tidak tentu, warna merah isinya hanya sosis saja, bisa juga macam-macam

Selalu Habis Terjual

Thomas memaparkan, setiap hari dagangan mereka selalu habis tejual. Tidak pernah katanya, ada sisa. Ini karena mereka sudah memprediksikan sebelumnya, berapa jumlah tusukan yang musti mereka pajang. 

Bila pedagang makanan lain berprinsip, menyediakan stock lebih daripada pembeli kehabisan. Mereka justru sebaliknya, lebih baik pembeli kehabisan daripada mereka pajang makanan tersebut tapi tidak laku terjual. 

“Kami selalu menyajikan makanan serba fresh untuk pembeli,” jelas Thomas.

Untuk menikmati hidangan sea food ala Mr. Celup’s, bisa ditemui di banyak tempat. Mulai dari Jabotabek hingga luar jawa. Untuk jabotabek, bisa dijumpai di sekitar depan komplek perumahan Pesona Khayangan, jalan Sabang (Agus Salim) dan Kelapa Gading. Sedangkan di luar jawa, ada di Lampung.

Untuk menikmatinya, pembeli tinggal mengambil jenis makanan apa saja yang mereka sukai yang tersususn rapi dalam rak-rak yang terbuat dari bahan stainless. Kemudian makanan tersebut dicelupkan ke dalam panic rebusan yang berisi kaldu. 

Seperti halnya kalau kita makan di restoran shabu-shabu. Tusuk sate dicelupkan ke dalam kaldu. 

Lalu diamkan selama 2-3 menit, Bila dirasakan sudah cukup, tusuk sate langsung diangkat.

Agar tidak terjadi penumpukan saat meredam tusuk sate, disediakan sekitar empat steamboat untuk merendamnya. Setelah itu baru diberi bumbu berupa saus sesuai selera masing-masing. 

Ada saus bumbu kacang, pedas, dabu-dabu dan kecap manis.

Salah satu ciri kekhasan dari jajanan Mr. Celup’s terletak pada saus yang dipakai. Semua saus ini menurut Thomas, diracik untuk bisa dimix jadi satu. Namun mengingat selera pengunjung yang bervariasi, semua saus disajikans ecara terpisah.Biasanya ada yang hanya suka kecap manis saja, Makanya dari itu sausnya kami buat secara terpisah.

Habis Makan, Tusuk Sate Tidak Boleh Dibuang

Guna memudahkan penghitugan, selesai menyantap, batang lidi tidak boleh dibuang. Tapi dikumpulkan dalam sebuah gelas yang telah disediakan. Jadi setelah selesai menyantap, batang lidi tersebut dihitung sesuai jumlah dan warnanya. 

Selesai dihitung, batang lidi langsung dipatahkan. Mereka tidak pernah memakai tusukan berulang-ulang.

Memang sih, aku Thomas, ada saja 1-2 pembeli yang habis selesai menyantap membuang lidi tusukan. Namun, ungkapnya, hal itu umumnya dilakukan oleh mereka yang belum mengerti bagaimana cara makannya atau anak kecil yang tidak tahu.

Karena konsep berdagang cara Mr. Celup’s menekankan pada rasa saling percaya, “Kami sangat percaya dengan pembeli. Sebab kami masih yakin, masyarakat Indonesia masih lebih banyak yang jujur dibandingkan yang tidak jujur,” ucap Thomas Linardi sambil tertawa.

Agar tidak mengotori tempat berdagang, saat berdagang mereka tidak melakukan pencucian piring dan gelas di tempat. Piring kotor atau gelas mereka cuci di kantor. 

Selain alasan di atas, alasan lain  mereka tidak ingin karyawannya menjadi kerepotan karena harus mencuci. 

Maka dari itu setiap harinya, mereka menyediakan 1000 piring/mobil box. Piring-piring itu selalu habis terpakai