Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Cara Mengatasi Ketakutan Akan Kematian

"Barang siapakah yang ingin dipermudahkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, karena itu sebaiknya dia menyambung tali bersilahturahmi." (H.R. Bukhari, Muslim, dan Abu Dawud) Berikut pembuktian ilmu dan pengetahuan kekinian pada hadits Rasulullah tersebut :    a. Bersilahturahmi mendatangkan rezeki. Sebuah riset yang pernah dilaksanakan oleh Mark Granovetter, seorang sosiolog dari Harvard University mengenai cara atau bagaimana orang memperoleh pekerjaan. Dari hasil riset itu mendapati bukti jika sebagian besar orang memperoleh pekerjaan berdasar jaringan individu. Jadi dapat diambil kesimpulan karena jaringan atau hubungan bersilahturahmi itu seorang memperoleh pekerjaan.  b. Bersilahturahmi memanjangkan usia. Hold Lunstad, seorang psikiater dari Brigham Young University di Utah bersama teamnya, lakukan riset pada beberapa riset mengenai dampak hubungan sosial pada kesehatan. Dia lakukan riset pada 148 riset yang mengikutsertakan 306 ribu lebih orang yang hidupnya diikuti sepanjang rata-rata 7,5 tahun. Hubungan sosial dalam riset ini diukur dengan cara-cara, dimulai dari yang simpel, seperti apa orang itu menikah atau hidup sendiri. disaksikan dari pemahaman seorang, apa mereka berasa bakal ada orang yang lain akan segera menolongnya saat mereka memerlukan bantuan. Selanjutnya penilaian lain diambil dari berapa kuat seorang turut serta dalam komunitasnya, dan sebagainya. Hasil riset itu selanjutnya dilihat silang dengan umur, gender, status kesehatan, dan pemicu kematian ketika orang itu wafat. Dan hasilnya sama seperti yang sudah diterbitkan dalam Journal Plos Medicine yang diedarkan oleh Public Library of Science, menyimpulkan jika orang dengan hubungan sosial yang kuat akan 50 % lebih panjang umurnya dibanding sama mereka yang tanpa suport ini. Mempunyai hubungan yang bagus misalnya dengan rekan, pernikahan atau anak, sama bagusnya dengan mempertahankan kesehatan, dengan menurunkan bobot tubuh atau bahkan juga minum obat.  Dengan lakukan beberapa hal itu, pasti hidup yang kita lalui akan berasa tenteram, hati dan pemikiran akan berasa tenang, karena semua akan kita balikkan kepada Allah swt, rob yang kuasai hidup manusia. Dengan begitu, kita tidak takut menghadapi sang maut, yakni kematian.  Demikian keterangan terkait dengan menangani ketakutan akan kematian dengan ibadah.

Islam - 
Kematian, satu perihal yang banyak ditakutkan oleh manusia. Walau sebenarnya semuanya yang hidup di dunia ini pasti mati. Demikian pula yang bakal terjadi pada kita manusia. Sebagai manusia kita tidak pernah tahu soal kapan dan bagaimana kita akan mati. 

Semuanya merupakan rahasia Tuhan. Saat waktu kematian datang, kita tidak dapat menjelaskan belum siap. Oleh karena itu, mau tidak mau usaha yang paling cocok untuk hadapi kematian yang setiap waktu bisa datang, dengan membuat kita siap untuk 'dipanggil' kapan saja. 

Termasuk salah satunya siap jika beberapa orang yang paling dekat di hati kitapun dipanggil oleh Tuhan.

Kita tidak pernah tahu, bagaimanakah cara kita 'dipanggil'. Yang terjadi pada seseorang, belum pasti terjadi juga sama kita atau pada beberapa orang yang kita sayangi. Rasa khawatir akan kematian ialah perasaan yang manusiawi. 

Tapi jika kekuatiran-kekuatiran yang dirasa sampai benar-benar mengusik, selanjutnya hanya akan menguras energi lahir dan batin, bahkan juga munculkan rasa paranoid pada kematian.

Rasa kepemilikan yang kuat dan berkeberatan untuk kehilangan apa yang kita punyai akan memunculkan stres, saat rasa ketakutan akan kematian itu ada. Kita harus mengetahui dan memahami, saat kita lahir, kita tidak mempunyai apapun, dan kelakpun saat kita kembali ke hadirat-Nya tidak membawa benda atau materi apapun selain kain kafan. 

Pada konsepnya, kita perlu sadar dan pahami, jika apa yang kita punyai sepanjang di dunia ini, semua ialah barang titipan Illahi. 

Barang titipan yang semestinya dapat membuat kita selalu siap untuk hadapi kematian kapan saja, barang titipan yang dapat selamatkan kita sesudah alami kematian, dan itu dapat terjadi bergantung bagaimana dan buat apa kita mengurus barang titipan Illahi itu.

Mengurangi derajat "kepemilikan" dan "siap untuk kehilangan" selanjutnya akan membuat kita lebih berdamai pada diri kita serta lebih santai dalam menanggapi kehidupan, hingga hal itu akan membuat kita siap dan tidak takut hadapi kematian.

Selain dari itu, banyak melakukan ibadah sebagai salah satunya cara kita tidak untuk takut hadapi kematian. Beribadah juga sebagai pekerjaan utama manusia di muka bumi. 

Seperti tertulis dalam QS. Adz-Dzariyat : 56, yang artinya

 "Dan aku tidak membuat jin dan manusia, tetapi agar mereka menyembah-Ku

Ayat itu secara jelas mengatakan pekerjaan utama manusia dan jin, sebagai makhluk Allah swt, yakni melaksanakan ibadah kepada-Nya. Arti beribadah tersebut ialah menghambakan diri, tunduk dan taat kepada Allah swt. 

Ini bermakna jika tiap tindakan yang dilaksanakan oleh manusia, bahkan juga tiap napas yang diembuskan, harus diperuntukkan kepada Allah.

Dalam Islam, ada dua jenis ibadah, yakni : - 

Ibadah mahdhah

Yakni ibadah yang telah ditetapkan, baik waktu, ukuran, atau caranya. Misalkan : 

  • shalat 
  • zakat
  • puasa
  • haji, dan sebagainya.

Ibadah ghairu mahdhah

Yakni beribadah yang tidak ditetapkan waktu dan kandungan ukuran. Misalkan, 

  • sedekah
  • membantu orang
  • dan sebagainya.

Dengan begitu, tidak ada segi kehidupan manusia yang tidak berharga ibadah, karena dalam Islam, semua faktor kehidupan manusia harus berharga ibadah.

Ibadah dalam Islam bukan hanya menggambarkan hubungan di antara manusia sebagai hamba dengan Allah, tetapi menggambarkan hubungan antar manusia tersebut. 

Hal tersebut tidak lepas dari karakter agama Islam tersebut yang bukan hanya mengutamakan religiusitas yang memiliki sifat pribadi, tapi juga mengutamakan religiusitas komunal yang bersatu sebagai warga muslim. 

Warga yang dibuat atas dasar penghambaan dan keimanan kepada Allah, tercermin dalam ritual-ritual keagamaan yang mengikat.

Ibadah tidak cukup jika hanya melakukan ritualnya saja, nilai-nilai dari beribadah akan lebih bermakna jika kita dapat mengaplikasikannya di kehidupan kita setiap hari. Implementasi nilai-nilai beribadah dapat dilaksanakan dengan di antaranya ialah :

1. Ikhlas dalam beramal.

Dalam kerangka beramal, ikhlas dapat diaplikasikan melalui ide altruisme, maknanya saat kita lakukan suatu hal, maksudnya memang murni untuk tingkatkan kesejahteraan seseorang. 

Yang disebutkan kesejahteraan dapat bermakna jadi sedikit lebih makmur, jadi lebih nyaman, lebih berbahagia, terselamatkan, dan sebagainya. Tidak disebutkan ikhlas, jika maksudnya ialah seperti berikut : 

Mengurangi rasa bersalah. 

Misalkan kita memberikan makan ke pengemis bukan lantaran benar-benar ingin membuat dia kenyang, tetapi karena jika tidak memberikan, kita berasa biarkan dia kelaparan.

Menghindari ancaman sosial. 

Misalkan kita menyumbangkan bukan lantaran ingin membantu, tetapi karena takut dicap kikir oleh tetangga.

Memperoleh penghargaan. 

Misalkan kita menyumbangkan ke korban musibah supaya nama kita dapat termuat di koran untuk dipertunjukkan ke rekan-rekan.

Maka bila sejauh ini anda melakukan perbuatan amal dilaksanakan dengan tujuan seperti pada atas, seharusnya mulai belajar untuk mengganti tujuan anda beramal itu. 

Tetapi jika anda beramal dengan tujuan betul-betul untuk membantu seseorang tanpa tujuan lain, bermakna anda sudah ikhlas lakukan semua amal anda itu.

2. Hilangkan kebiasaan berbohong.

Berbohong ialah sikap menyengaja menjelaskan suatu hal yang tidak benar dengan tujuan mendapatkan keuntungan. Pada intinya, bohong atau berbicara dusta sebagai tindakan yang tidak dibolehkan oleh hukum, baik hukum negara atau hukum agama. 

Dalam tuntunan agama Islam, bohong hukumnya haram. Biasanya, alasan orang untuk bohong karena oleh 2 sebab, yakni :

  • Untuk melindungi diri.
  • Untuk menutupi kesalahan yang sudah dibuatnya.

Kebiasaan berbohong umumnya tertancap semenjak anak masih kecil, ini disebabkan karena kurang kuatnya penanaman fondasi mengenai keutamaan makna kejujuran, transparansi, dan minimnya pengetahuan mengenai tuntunan agama. Bila kebiasaan berbohong ini jadi berlanjut, makin lama yang berkaitan bisa menjadi individu yang tidak bisa dipercaya dan tidak dapat dipercayai. 

Kebiasaan berbohong ini bisa dihindari. Mulai dari lingkungan keluarga, diantaranya dengan memperkuat hubungan sama orang tua. Bila kita dekat sama orang tua, kita akan semakin dapat terbuka mengenai segalanya hingga terbentuk hubungan sama-sama memercayai dan menghargai. 

Seterusnya ada cara-cara yang dapat dilaksanakan untuk hilangkan kebiasaan berbohong, yakni :

  • Benahi niat, jika tiap perlakuan itu harus dilandasi karena Allah.
  • Tekankan pada diri kita, jika berbohong ialah dosa dan harus segera ditinggal.
  • Belajar untuk mengakui kesalahan sendiri.
  • Tanamkan jiwa berani memikul risiko pada sesuatu yang sudah dibuat.
  • Ketahui akibatnya karena bohong.
  • Jika kita terlanjur berbohong, hal pertama kali yang harus dilaksanakan ialah : Mengetahui dan menyesali apa yang sudah kita kerjakan (bohong).
  • Mohon maaf kepada orang yang sudah kita bohongi.
  • Membenahi kesalahan kita karena dusta yang sudah dibuat.
  • Bertobat dan tidak pernah mengulangnya kembali.
  • Dekatkan diri pada Allah swt dan mensyukuri apa yang telah kita peroleh sebagai cara ampuh untuk tak lagi melakukan dusta. 
  • Kejujuran memang tidak selamanya berakhir indah, tetapi dengan kejujuran kita bisa selamat dalam dunia dan di akherat.

3. Menyambung Tali Silahturahmi.

"Barang siapakah yang ingin dipermudahkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, karena itu sebaiknya dia menyambung tali bersilahturahmi." (H.R. Bukhari, Muslim, dan Abu Dawud)

Berikut pembuktian ilmu dan pengetahuan kekinian pada hadits Rasulullah tersebut :

Bersilahturahmi mendatangkan rezeki. 

Sebuah riset yang pernah dilaksanakan oleh Mark Granovetter, seorang sosiolog dari Harvard University mengenai cara atau bagaimana orang memperoleh pekerjaan. 

Dari hasil riset itu mendapati bukti jika sebagian besar orang memperoleh pekerjaan berdasar jaringan individu. Jadi dapat diambil kesimpulan karena jaringan atau hubungan bersilahturahmi itu seorang memperoleh pekerjaan.

Bersilahturahmi memanjangkan usia

Hold Lunstad, seorang psikiater dari Brigham Young University di Utah bersama teamnya, lakukan riset pada beberapa riset mengenai dampak hubungan sosial pada kesehatan. Dia lakukan riset pada 148 riset yang mengikutsertakan 306 ribu lebih orang yang hidupnya diikuti sepanjang rata-rata 7,5 tahun. 

Hubungan sosial dalam riset ini diukur dengan cara-cara, dimulai dari yang simpel, seperti apa orang itu menikah atau hidup sendiri. disaksikan dari pemahaman seorang, apa mereka berasa bakal ada orang yang lain akan segera menolongnya saat mereka memerlukan bantuan. 

Selanjutnya penilaian lain diambil dari berapa kuat seorang turut serta dalam komunitasnya, dan sebagainya. Hasil riset itu selanjutnya dilihat silang dengan umur, gender, status kesehatan, dan pemicu kematian ketika orang itu wafat. 

Dan hasilnya sama seperti yang sudah diterbitkan dalam Journal Plos Medicine yang diedarkan oleh Public Library of Science, menyimpulkan jika orang dengan hubungan sosial yang kuat akan 50 % lebih panjang umurnya dibanding sama mereka yang tanpa suport ini. 

Mempunyai hubungan yang bagus misalnya dengan rekan, pernikahan atau anak, sama bagusnya dengan mempertahankan kesehatan, dengan menurunkan bobot tubuh atau bahkan juga minum obat.

Dengan lakukan beberapa hal itu, pasti hidup yang kita lalui akan berasa tenteram, hati dan pemikiran akan berasa tenang, karena semua akan kita balikkan kepada Allah swt, rob yang kuasai hidup manusia. 

Dengan begitu, kita tidak takut menghadapi sang maut, yakni kematian.

Demikian keterangan terkait dengan menangani ketakutan akan kematian dengan ibadah.