Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

PERDAGANGAN BEBAS : Neoliberalisme dalam Perdangan Bebas

PERDAGANGAN BEBAS : Neoliberalisme dalam Perdangan Bebas
PERDAGANGAN BEBAS : Neoliberalisme dalam Perdangan Bebas

Perdagangan bebas adalah prinsip dasar ekonomi neoliberal yang mengacu pada harmoized commodity descripstion and coding system yang diprakarsai negara-negara maju. Salah satu pelopornya adalah Amerika dengan ketentuan dari World Custom Organization.

Dalam perdagangan bebas atau lebih dikenal dengan free trade, penjualan produk antarnegara dilakukan tanpa pajak ekspor-impor atau hambatan lainnya. Jadi, setiap produk asing yang masuk ke negara tanpa adanya bea cukai yang menyebabkan barang tersebut menjadi mahal ketika sampai di tangan konsumen.

Tidak mengherankan jika sekarang di Indonesia banyak sekali barang-barang murah buatan luar negeri. Sehingga perdagangan bebas ini jelas sangat merugikan, terutama bagi negara-negara berkembang yang mempunyai dana terbatas dalam memproduksi barang dan sumber daya manusia yang terbatas pula. Perdagangan bebas adalah salah satu akal-akalan para investor asing yang ingin mengembangkan sayap di negara-negara berkembang seperti Indonesia.

Perdagangan Bebas dan Kemiskinan

Pemerintah Indonesia saat ini telah membentuk segala perjanjian internasional di bidang ekonomi dengan tujuan untuk memberikan landasan dan harapan baru bagi pertembuhan ekonomi Indonesia yang sedang terpuruk beberapa tahun terakhir ini. Secara klise diungkapan pemerintah bahwa kerja sama luar negeri di bidang ekonomi, dalam hal ini perdagangan bebas dilakukan dalam rangka mengentaskan dan menghapuskan kemiskinan dari bumi pertiwi ini.

Gejala semacam ini tentunya sangat menarik minat pemerintah kita untuk membuat perjanjian agar para investor asing mau menanamkan modalnya di Indonesia. Maka kebijakan-kebijakan ekonomi pun segera digulirkan dan diarahkan pada pertumbuhan ekonomi sehingga tingkat kemiskinan di negara kita dapat ditekan.

Namun, sampai saat ini apa benar kemiskinan dapat diusir dari bumi Indonesia?Jawabannya tidak. Toh, sekarang masyarakat miskin di indonesia semakin banyak, bahkan data IMF terakhir menyebutkan bahwa lebih dari separuh rakyat Indonesia berada di bawah garis kemiskinan.

Rakyat yang dikategorikan miskin adalah seseorang yang penghasilannya di bawah dua dolar per hari. Sekarang, coba Anda sadari berapa banyak orang Indonesia yang penghasilannya di bawah Rp20.000,- per hari jika satu dolar sama dengan sepuluh ribu rupiah?

Merugikan Pengusaha Kecil

Memang benar sejak banyaknya perjanjian yang dilakukan pemerintah dengan investor asing dalam ekonomi, pertumbuhan ekonomi indonesia naik 7%. Pada tahun 2010 silam, Indonesia termasuk negara dengan keadaan ekonomi yang cukup sehat. Tetapi hal ini hanya menguntungkan pengusaha besar saja.

Yang banyak diuntungkan dalam perdagangan bebas adalah para penanam modal terbesar sedang rakyat yang bekerja sebagai buruh kasar hanya mendapat upah yang sangat minim sedang harga kebutuhan pokok sendiri terus melambung. Jadi, apakah perdagangan bebas dengan banyak produk asing ini baik untuk rakyat Indonesia?

Adapun industri kecil nyaris gulung tikar karena produk yang sama dengan kualitas yang sama, namun dengan harga yang lebih murah masuk dengan mudah ke pasar Indonesia. Sementara produk kita kembang kempis dengan harga bahan baku yang cukup mahal tidak mungkin bisa menjual produk dengan harga semurah itu.

Jika sudah sudah begini, siapa yang harus kita salahkan? Pemerintahlah yang seharusnya lebih sigap menanggapi perdagangan bebas ini. Minimal pemerintah harus menurunkan harga bahan mentah, agar produk Indonesia bisa bersaing dengan produk asing, minimal harganya sama.

Neoliberalisme

Perdagangan bebas hanyalah sebuah sistem yang digunakan negara maju untuk memonopoli perekonomian negara berkembang dengan menanamkan paham neoliberalisme dan imperialisme. Kalau dilihat kembali mengenai isi perjanjian, pada dasarnya menegaskan akan pentingnya produktivitas.

James Petras mengatakan bahwa wacana-wacana yang selama ini dianggap wajar harus dicermati ulang secara kritis. Modus perdagangan bebas hanya akan menjadi meknisme negara maju seperti Amerika yang sudah memonopoli ekonomi Indonesia. Neoliberalisme dan propaganda sebuah kenyataan integrasi pasar ekonomi yang tak lain adalah sebuah mitos yang selalu dibangun untuk kepentingan imperlialisme dan kapitalisme.

Jika boleh terus terang, Indonesia sebenarnya belum mampu untuk bersaing dalam perdagangan bebas karena kita mempunyai sumber daya manusia dengan kualitas yang terbatas, produktivitas yang minim dan etos kerja yang malas. Sehingga masuknya perdagangan bebas ke negara kita akan menjadikan kita manusia-manusia yang konsumtif, tapi miskin.