Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kesempurnaan Ajaran Nabi Muhammad saw. dan Konstruktivitas Sosial Masyarakat yang Dibentuk Ajaran Nabi Muhammad saw

Ajaran Nabi Muhammad saw  adalah ajaran yang paripurna. Untuk membuktikan kesempurnaan ajaran tersebut, berarti harus merangkum ajaran tersebut. Karena itu, kami kutip sebagian kecil dari ajarannya –kutipan dari al-Qur’an dan hadits- yang merupakan bukti bahwa ini adalah ajaran yang dibawa oleh seorang nabi

Ajaran Nabi Muhammad saw mengajarkan sendi-sendi al-mabda’ (asal muasal realitas) bahwa segala sesuatu adalah berasal dari Realitas Tunggal yakni al-Haqq al-Wahid yang tiada lain adalah Hakikat Zat Tuhan itu sendiri. 

Dan bagaimana Sifat-Sifat Tuhan Yang Maha Suci seperti bahwa Ia adalah Maha Mengetahui, Maha Kuasa, Maha Hidup dan seterusnya

“Allah Pencipta (badi’) langit dan bumi…”

(QS 2 (AL-BAQARAH):117)

“Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa…”

(QS 32 (AS-SAJDAH):4)

“dialah Yang Awal, Akhir, Jelas, Bathin, dan Dia Mengetahui segala sesuatu.” (QS 57(AL-HADID):2-3)

“Allah cahaya langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya, Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS 24(AN-NUR):35)

Kesempurnaan Ajaran Nabi Muhammad saw. dan Konstruktivitas Sosial Masyarakat yang Dibentuk Ajaran Nabi Muhammad saw


Ajaran Nabi Muhammad saw mengajarkan tentang hakikat kehidupan dan perjalanan jiwa manusia mulai dari lahir hingga mati dan apa yang dialami manusia setelah kematiannya (al-ma’ad). Dan bagaimana seorang manusia agar mencapai kebahagiaan abadi yang sejati dalam Limpahan RahmatNya di alam keabadian tersebut.

“Sesungguhnya yang mewajibkan atasmu (melaksanakan hukum-hukum) al-Quran, benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali…” (QS 28(AL-QASHASH):85)

“Sungguh telah kami ciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian kami kembalikan ke tempat yang seburuk-buruknya. Kecuali orang-orang yang beriman dan berbuat baik, maka bagi mereka pahala yang tiada putus. 

Maka apa yang membuatmu mendustakan hari pembalasan sesudah itu? Tidakkah Allah Yang Paling Adil diantara yang adil?”

(QS 95(AT-TIN):8)

“Dan jiwa serta penyempurnaan ciptaannya. Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.

Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (QS 91(ASY-SYAMS):7-10)

3)    Agama yang dibawa nabi Muhammad saw., sebagai ajaran yang dibawa oleh nabi, memiliki cara yang efektif dalam “mengingatkan” manusia akan fitrahnya.


“Apa kau lihat orang yang mendustakan agama? Yaitu orang-orang yang menghardik anak yatim. Dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Maka celakalah orang yang salat. Orang-orang yang terhadap salatnya lalai. Orang-orang yang riya. Dan enggan (menolong dengan) barang berguna.” (QS 107(AL-MA’UN))

“Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela. yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitung. dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengkekalkannya. sekali-kali tidak! Sesungguhnya dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam Huthamah. Dan tahukah kamu apa Huthamah itu? (yaitu) api (yang disediakan) Allah yang dinyalakan, yang (membakar) sampai ke hati. Sesungguhnya api itu ditutup rapat atas mereka,(sedang mereka itu) diikat pada tiang-tiang yang panjang.” (QS 104(AL-HUMAZAH))

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS 30(AR-RUM):30)

4)    Cara hidup yang diajarkan oleh agama nabi Muhammad saw. sangat lengkap dalam mendekatkan diri kepada Tuhan dan juga dalam berinteraksi sesama makhluk. Sebagian cara hidup tersebut dicantumkan dalam al-Qur’an, kitab suci agama nabi Muhammad saw..

“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya pada saat menasehati anaknya, “Hai anakkku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.” 

Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua orang tuanya, ibunya yang telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan dan kepada dua orangtuamu, hanya kepadaKulah kembalimu. 

Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepadaKu, kemudian hanya kepadaKulah kembaimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. 

“Hai anakku, sungguh, jika ada seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasnya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.” 

“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah berbuat baik dan laranglah berbuat ingkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan. Dan janganlah kaupalingkan wajahmu dari manusia dan jangan berjalan di muka bumi dengan angkuh.

 Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah suara keledai.” (QS 31(LUQMAN):13-19)

5)    Agama Islam, agama yang dibawa Rasulullah saw., merupakan suatu agama yang memiliki ideologi, tatanan sosial, serta cara hidup (way of life) yang lengkap.

“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. 

Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” (QS 2(AL-BAQARAH):275)

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”(QS 49(AL-HUJURAT):13)

“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui.”

(QS 5(AL-MA’IDAH):54)

“…Pada hari ini Kusempurnakan bagimu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmatKu, dan telah Kuridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barangsiapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS 5(AL-MAIDAH):3)

6)    Ajaran nabi Muhammad saw. mengandung basis moralitas yang dapat menciptakan keluhuran jiwa seperti ketabahan, kesabaran, keberanian, keadilan, kasih sayang, kedermawanan, dan lain-lain.

“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’,” (QS 2(AL-BAQARAH):45)

“Melepaskan budak, atau memberi makan pada hari kelaparan, kepada yatim yang dekat, atau miskin yang sangat fakir. Kemudian ada diantara orang-orang yang beriman dan saling berwasiat akan kesabaran dan berwasiat akan kasih sayang. Itulah golongan kanan.” (QS 90(AL-BALAD):13-18)

7)    Agama yang dibawa oleh nabi Muhammad saw. mengandung fundamen-fundamen moralitas sosial seperti persatuan, pengorbanan untuk masyarakat,  dan lain-lain.

“Dan tidaklah manusia kecuali umat yang satu…”

(QS 10(YUNUS):19)

“Wahai manusia! Sungguh Kami ciptakan kalian dari satu laki dan satu wanita. Lalu Kami buat kalian berbangsa dan bersuku untuk berkenalan. Sungguh yang paling mulia dari kalian di sisi Allah adalah yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS 49(AL-HUJURAT):13)

“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.” (QS 3(ALI IMRAN):200)

“Kecuali orang-orang yang beriman dan berbuat baik dan saling berwasiat kepada kebenaran dan berwasiat kepada kesabaran” (QS 103(AL-‘ASHR):3)

8)    Agama yang dibawa nabi Muhammad saw. mengandung suatu petunjuk lengkap agar manusia bisa bertransformasi menjadi insan sempurna. Sebagai contoh adalah yang digambarkan oleh hadits Qudsi berikut ini:

“Senantiasa seorang hamba itu mendekatkan diri kepadaKu dengan nawafil (amalan-amalan) sunah sehingga Aku mencintainya. Apabila Aku mencintainya, maka jadilah Aku telinganya yang dia pakai untuk mendengar, dan jadi matanya yang dipakai untuk melihat, dan lidahnya yang ia pakai untuk berbicara, dan tangannya yang ia pakai untuk berbuat dan kakinya yang ia pakai untuk berjalan/berusaha. Maka dengan Akulah dia mendengar, melihat, berbicara, berfikir, berbuat dan berjalan.”

Al-Qur’an menjelaskan bahwa manusia perlu untuk senantiasa beriman dan beramal shalih untuk mencapai kondisi fithrahnya, yakni ahsani taqwim (bentuk yang sebaik-baiknya)

“Sesungguhya telah kami ciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Lalu kami kembalikan mereka ke bentuk yang seburuk-buruknya. Kecuali orang-orang yang berbuat baik…” (QS 90(AT-TIN):4-6)

Di antara ciri-ciri manusia sempurna (insan kamil) adalah mereka yang menyadari kehadiranNya di segala ruang dan waktu dengan kesadaran yang diliputi Cinta dan Kerinduan yang menyala kepadaNya.

“Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui.”

9)    Ajaran nabi Muhammad saw. memiliki argumen-argumen yang kuat tentang kebenaranNya, kebenaran kenabian, dan kebenaran Hari Akhir.

“Dan tidaklah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi itu berkuasa menciptakan yang serupa dengan itu? Benar, Dia berkuasa. Dan Dialah Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui.” (QS 36(YASIN):81)

“Bertasbih kepada apa-apa di langit dan bumi dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Miliknya kerajaan langit dan bumi, Dia menghidupkan dan mematikan dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Dialah Yang Zhahir dan Yang Bathin, dan Dia Mengetahui segala sesuatu.”

(QS 57(AL-HADID):2-3)

“Dialah Allah yang tiada tuhan melainkan Dia, Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, Dialah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang.” (QS 59(AL-HASYR):22)

“Awal agama adalah pengenalanNya. Dan kesempurnaan pengenalanNya adalah pembenaranNya. Dan kesempurnaan pembenaranNya adalah pengEsaanNya. Dan kesempurnaan pengEsaanNya adalah ikhlas kepadaNya. Dan kesempurnaan ikhlas kepadaNya adalah penafian sifat atasNya. Dengan penyaksian bahwa setiap sifat bukanlah yang disifati. 

Dan penyaksian bahwa yang disifati bukanlah sifat itu sendiri: maka barangsiapa menyifati Allah maka dia telah membayangkanNya. Dan barangsiapa membayangkanNya maka telah menduakanNya. Dan barangsiapa menduakanNya maka dia tidak tahu tentangNya. Dan barangsiapa tidak tahu tentangNya maka dia telah menunjukNya. Dan barangsiapa menunjukNya maka dia telah membatasiNya. Dan barangsiapa membatasiNya maka dia telah menghitungNya. 

Barangsiapa berkata di dalam apakah Ia maka ia telah mengatakan bahwa Dia dikandung sesuatu, barangsiapa berkata di atas apakah Ia maka ia telah mengosongkan sesuatu dariNya, Dia ada tanpa bermula dan maujud tanpa berasal dari ketiadaan, bersama segala sesuatu namun tidak dengan suatu kesertaan (kedekatan fisik), dan bukan segala sesuatu namun tidak dengan keterpisahan. Dia adalah Pelaku namun tidak dengan makna gerak dan alat.”

“Ya Allah! Sesungguhnya aku bermohon kepadamu dengan RahmatMu yang meliputi segala sesuatu dan dengan kekuasaanMu yang dengannya Engkau taklukkan segala sesuatu dan karenaNya merunduk segala sesuatu dan karenaNya merendah segala sesuatu dengan kemuliaanMu yang mengalahkan segala sesuat dengan kekuatanMu yang tak tertahankan oleh segala sesuatu dengan kebesaranMu yang memenuhi segala sesuatu dengan kekuasaanMu yang mengatasi segala sesuatu dengan wajahMu yang kekal setelah punah segala sesuatu dengan asmaMu yang mencakup segala sesuat dengaan cahaya wajahMu yang menyinari segala sesuatu

Wahai Nur, Wahai Yang Mahasuci! Wahai Yang Awal dari segala awal! Wahai Yang Akhir dari segala akhir!”

“Dialah yang mengutus rasulNya dengan petunjuk dan agama yang benar untuk dimenangkanNya atas setiap agama dan cukuplah Allah saksinya.” (QS 38(AL-FATH):28)

“Rasul telah beriman kepada al-Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya,” dan mereka mengatakan: “Kami dengar dan kami taat.” (Mereka berdoa): “Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali.””

“Nabi itu lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri…” (QS 33(AL-AHZAB):6)

“Orang-orang yang kafir berkata: “Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) suatu tanda (kebesaran) dari Tuhannya?” Sesungguhnya kamu hanyalah seorang pemberi peringatan; dan bagi tiap-tiap kaum ada orang yang memberi petunjuk.” (QS 13(AR-RA’D):7)

“Maka takutilah neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu. Disiapkan untuk orang-orang kafir.”

(QS 2(AL-BAQARAH):24)

“Sesungguhnya Kami menyediakan bagi orang-orang kafir rantai, belenggu dan neraka yang menyala-nyala.”

(QS 76(AL-INSAN):4)


0)    Ajaran nabi Muhammad saw. adalah ajaran yang sesuai dengan cara manusia belajar dan sesuai dengan kadar akal mereka. Sebagai contoh, al-Qur’an tidak hanya mengajak manusia melakukan pembuktian rasional filosofis tentang KeberadaanNya, KetunggalanNya dan Sifat serta WujudNya Yang Suci dari segala kekurangan. al-Qur’an juga mengajak manusia untuk mentafakuri fakta-fakta alamiah yang dapat dilihat oleh semua manusia , baik dengan cara berfikir yang paling sederhana hingga para ilmuwan yang menggunakan alat observasi yang canggih dan metoda analisa yang kompleks dalam mencapai kesadaran Ilahiah.

“Tidakkah mereka perhatikan unta, bagaimana ia diciptakan? Dan langit, bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung, bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi, bagaimana ia dihamparkan?”

(QS 88(AL-GHASYI’AH):17-20)

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.” (QS 3(ALI IMRAN):190)

Al-Qur’an juga mengajak manusia untuk mempelajari narasi-narasi historis dan mengambil pelajaran darinya. Sebagian besar manusia memahami kebenaran, dan menghayati kebenaran, melalui narasi-narasi. Dan tentu sejarah adalah narasi yang memiliki nilai kebenaran amat tinggi, karena berdasar pada realitas yang benar-benar terjadi.

“Dan bagi setiap umat saat tertentu. Maka apabila datang saat mereka, mereka tidak menunda sesaatpun atau mempercepat.” (QS 7(AL-A’RAF):34)

“…Setiap umat akan dipanggil ke catatannya…”

(QS 35(AL-JATSIYAH):28)

“…Kami jadikan setiap umat menganggap baik perbuatan mereka…” (QS 6(AL-AN’AM):1-8)

“… Dan tiap-tiap umat telah merencanakan makar terhadap rasul mereka untuk menawannya dan mereka membantah dengan (alasan) yang batil untuk melenyapkan kebenaran dengan yang batil itu; karena itu Aku azab mereka. Maka betapa (pedihnya) azabKu” (QS 40(AL-MU’MIN):5)

“Wahai manusia! Sesungguhnya yang mengumpulkan manusia adalah setuju dan tidak setuju. Dan sesungguhnya yang membunuh unta Tsamud adalah satu orang, tapi Allah menghukum mereka semua ketika mereka setuju dengannya. Maka Dia (Allah) swt. berfirman: “Kemudian mereka membunuhnya, lalu mereka menjadi menyesal.”(QS 26(ASY-SYU’ARA’):157)”

11)    Untuk menjamin keberlanjutan dan keterpeliharaan kemurnian agamanya, nabi Muhammad saw. meninggalkan dua hal yang terjamin keberlanjutan dan keterpeliharaan kemurniannya, yaitu:

“Rasulullah saw. Berkata: sesungguhnya telah aku tinggalkan bagi kalian dua perkara, salah satunya lebih besar daripada yang lain yaitu Kitab Allah ‘Azza wa Jalla sebagai sebuah tali yang menghubungkan langit dan bumi serta itrahku Ahlul Baitku. Mereka tidak akan berpisah sampai bertemu di telaga al-haudh.”

Kitab Allah, al-Qur’an, merupakan kitab yang terpelihara, seperti yang akan dijelaskan dalam salah satu mukjizat Rasulullah saw.. Sama sekali tidak ada perubahan dalam kitab tersebut. Ini menjamin keberlanjutan agama nabi Muhammad saw. terus ada sampai sekarang dan nanti.

Tetapi, walaupun kitab tersebut tidak dirubah, tetap ada upaya-upaya penyelewengan pada agama nabi Muhammad saw.. Karena itu, diperlukan sesuatu yang dapat menyampaikan ajaran yang sesuai dengan ajaran asli secara langsung kepada manusia, dengan bahasa manusia, dan penjelasan yang lebih detil. Karena itu, Rasulullah saw. meninggalkan perkara kedua, yaitu ‘Itrah Ahlul-Baytnya. Hal ini juga diungkapkan dalam sabda Rasulullah saw. yang lain:

“…Rasulullah saw. berkata: Agama akan terus tegak sampai dengan 12 khalifah dari Quraisy. …”

“Barangsiapa aku pemimpinnya, maka ‘Ali pemimpinnya”

12)    Memberikan pandangan hidup dan pandangan dunia yang lengkap bagi manusia, sehingga manusia benar-benar memahami tentang dirinya, semesta lahir, realitas batin dan Tuhan serta alam-alam tak kasat indera, juga memahami posisinya dalam perjalanan segenap semesta menuju kesempurnaan alamiahnya masing-masing, dan juga memahami apa saja yang baik dan terbaik, apa saja yang benar dan paling benar, apa saja yang indah dan terindah bagi dirinya dalam bertindak dan berperilaku dalam rangka mencapai kebahagiaan dan kesempurnaannya fithrahnya. 

Pandangan dunia seperti ini tentu setidaknya memberikan suatu jawaban terhadap realitas alam seperti langit, bumi, galaxy, makhluk hidup, lautan, dsb. Juga realitas adialami seperti malaikat, realitas-realitas tak kasat indera, seperti jin, realitas sosial, politik, hukum maupun realitas jiwa manusia itu sendiri secara lengkap dan memuncak.

13)    Ajaran nabi Muhammad saw. menyampaikan kabar gembira bagi orang-orang yang berbuat baik dan peringatan bagi orang-orang yang berbuat tidak baik.

“Dan sampaikanlah kabar gembira bagi orang-orang yang beriman dan berbuat baik bahwa bagi mereka surga, mengalir di bawahnya sungai-sungai. Tiap kali mereka diberi rizki buah-buahan darinya, mereka berkata, “Ini rizki mirip dengan yang telah diberikan kepada kami sebelumnya.” Dan untuk mereka di sana istri-istri yang disucikan dan mereka kekal di dalamnya.” (QS 2(AL-BAQARAH):25)

“Sesungguhnya orang-orang Mukmin dan orang-orang Yahudi dan orang Nasrani dan para Shabi’in barangsiapa percaya (beriman) dengan Allah dan hari akhir dan berbuat baik maka bagi mereka balasan di sisi Tuhan mereka dan tiada takut atas mereka dan tiada bersedih pula.” (QS 2(AL-BAQARAH):62)

“Maka siapa berbuat sekecil atom maka kebaikan menemuinya. Dan siapa berbuat sekecil atom maka keburukan menemuinya.” (QS 99(AL-ZALZALAH):7-8)

“Dan bagi orang yang takut saat menghadap Tuhannya ada dua surga. Maka nikmat Tuhanmu yang mana yang akan kaudustakan?” (QS 55(AR-RAHMAN):46-47)

14)    Memberikan suatu petunjuk yang jelas tentang kepemimpinan masyarakat Ilahiah, karena tidak mungkin suatu masyarakat yang baik dan utama terwujud tanpa pimpinan baik dari sisi otoritas keagamaan, sosial politik maupun kepemimpinan batiniah terdalam masyarakat manusia (esoterik) dalam mencapai kesempurnaan realitasnya. 

Kepemimpinan (Imamah) merupakan satu keharusan untuk menjaga kemurnian agama, menegakkan agama dan memastikan bahwa agama benar-benar menjadi cahaya yang menerangi kehidupan masyarakat dan membawa masyarakat ke arah kesempurnaanya. 

Hal ini juga ditegaskan oleh para pemikir seperti al-Mawardi dalam al-Ahkam al-Sulthaniyyah, Abu Muhammadi bin Hazm al-Andalusi dalam al-Fishal fi al-Milal, Ibnu Khaldun dalam Muqaddimah, al-Jazairy dalam al-Fiqh ‘ala al- Madzahib al-Arba’ah, al-Muhaqqiq al Karky dalam al-Jawahir, Aayatullah al Burujurdy dalam al-Badr al-Zahir, Ayatullah Khomeiny dalam Kitab al-Bay’.

al-Qur’an menyebutkan

“Sesungguhnya wali kamu itu hanyalah Allah, RasulNya, dan orang-orang yang beriman dan mendirikan shalat, dan membayar zakat ketika mereka ruku’.” (QS 5(AL-MA’IDAH):55)

Kitab-kitab tafsir, baik Sunnah maupun Syi’ah, menyebutkan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan Ali bin Abi Thalib. Pada suatu hari, Ali sedang di masjid. Seorang Muslim datang ke masjid Nabi untuk meminta bantuan. Ali memberi isyarat dengan telunjuknya. Orang itu mengambil cincin Ali ketika Ali masih dalam keadaan ruku’. Allah memuji perilaku Ali itu dan menurunkan ayat ini. Ayat ini terkenal sebagai ayat wilayah.

Di antara kitab-kitab tafsir yang menceritakan hal ini adalah Tafsir Ibn katsir, Tafsir al-Thabary, Tafsir al-Jashash, Tafsir al-Baghawy, Tafsir al-Qurthuby, Tafsir al-Razy, Tafsir al-Baydhawy, Tafsir al-Nasafy, Tafsir al-Khazin, Tafsir al-Nisabury, Tafsir al-Suyuthy, Tafsir al-Alusy, Tafsir al-Zamakhsyary, Tafsir al-Manar.

Hadits al-Ghadir yang terkenal sahih dan mutawatir, meriwayatkan sabda Nabi:

“Barangsiapa menganggap aku sebagai maulanya, maka harus pula menganggap Ali sebagai maulanya.”

Rasulullah saw. demikian jelas menunjukkan kepada ummatnya bahwa kepemimpinan setelahnya adalah di tangan Imam ‘Ali bin Abi Thalib ‘a.s. dan sebelas keturunan Rasulullah saw. melalui Imam’Ali bin Abi Thalib ‘a.s dan putri Rasulullah Sayyidah Fathimah ‘a.s.

“J?bir ibn Samurah: pada ‘Isya Jum’at ketika Aslami dirajam aku dengar Rasulullah saw berkata: Agama ini akan terus langgeng sampai tiba as-S?’ah atau duabelas khalifah memimpin kamu, semuanya dari Quraisy.”

“Jabir ibn Samurah: Aku dengar Nabi saw. berkata: urusan manusia akan terus berlanjut selama dua belas orang memimpin mereka. Kemudian Nabi saw. berkata sesuatu yang tidak jelas kepada saya. Saya bertanya kepada ayahku, “apa yang Nabi saw. katakan?” Dia berkata: “Seluruhnya dari Quraisy.”

“Imam al-Baqir: Rasulullah saw. bersabda: diantara anak-anakku ada dua belas pionir(pemimpin) yang merupakan nujab?’, muhaddats, dan mufahham. Yang terakhir dari mereka adalah Qa’im yang benar yang akan menyebarkan keadilan di seluruh dunia setelah dunia dipenuhi penindasan.”

“Jabir bin ‘Abdullah al-Anshar?: Ketika aku masuk ke (rumah) Fathimah as., di depannya ada gumpalan berisi nama-nama wasi dari anak-anaknya. Aku menghitungnya ada dua belas, salah satunya Q?’im, tiga diantaranya Muhammad, dan empat diantaranya ‘Ali.”

“Jabir bin ‘Abdullah al-Anshar?: ketika Allah ‘Azza wa Jalla menurunkan kepada Nabi saw. Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamuAku berkata: “Wahai Rasulullah, kami sudah tahu Allah dan Rasulnya. Maka siapakah ulil amri yang taat kepadanya diletakkan di samping taat kepadamu?” Rasulullah saw. berkata: 

“Mereka penggantiku wahai Jabir, dan pemimpin (Imam-Imam Kaum) Muslimin setelahku. Yang pertama dari mereka adalah ‘Ali bin Abi Thalib, kemudian Hasan dan Husain, kemudian ‘Ali bin Husain, kemudian Muhammad bin ‘Ali yang dikenal dalam Taurat sebagai al-Baqir, Wahai Jabir! Kamu akan bertemunya. Maka kapanpun kamu bertemu dengannya maka sampaikanlah salam dariku kepadanya. Kemudian ash-Shadiq Ja’far bin Muhammad, kemudian Musa bin Ja’far, kemudian ‘Ali bin Musa, kemudian Muhammad bin ‘Ali, kemudian ‘Ali bin Muhammad, kemudian Hasan bin ‘Ali, kemudian yang bernama sama dengan aku, Hujjah Allah di bumi dan yang tersisa dari hamba-hambaNya (baqiyyatuhu), adalah anak Hasan bin ‘Ali. Dialah yang Allah bukakan timur dan barat untuknya. Yang akan disembunyikan dari pengikutnya dan pecintanya dan pada waktu itu tidak ada orang yang tetap percaya Imamahnya kecuali orang-orang yang hatinya disucikan Allah untuk Iman.”

Tentang keparipurnaan pribadi Nabi Muhammad saw.serta bagaiman pengaruh konstruktif ajaran Beliau saw.mengubah ummatnya, Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya Islam Alternatif menuliskan :

Iqbal pernah mencoba melukiskan kebesaran Nabi Muhammad saw. dengan kata-kata:

Sungguh, hati Muslim dipatri cinta nabi

Dialah pangkal mulia

Sumber bangga kita di dunia

Dia tidur di atas tikar kasar

Sedang Umatnya mengguncang tahta Kisra

Inilah pemimpin bermalam-malam terjaga

Sedang umatnya tidur di ranjang raja-raja

Di gua Hira ia bermalam

Sehingga tegak bangsa, hukum dan negara

Di medan perang, pedangnya bersimbah darah

Dibukanya pintu dunia dengan kunci agama

Duhai, belum pernah insan melahirkan putra semacam dia

Bukan hanya Iqbal dan pujangga-pujangga Muslim saja. Thomas Carlyle, Toynbee, Michael Hart, Will Durant adalah sebagian kecil di antara “orang-orang kafit” yang berusaha juga berkisah tentang manusia besar ini. Marilah kita ambil contoh lukisan orang lain tentang Muhammad. Dalam sebelas rangkaian “Kisah Peradaban” (The Story of Civilization), Will Durant berkisah tentang Muhammad saw. Tentu, seperti kebanyakan pengamat Barat tentang Islam, pandangannya tentang Rasulullah tidaklah bersih dari prasangka dan kebodohan. Will Durant menutup riwayat Nabi Muhammad seperti ini:

Jika kita mengukur kebesaran dengan pengaruh, maka ia adalah satu di antara tokoh-tokoh besar dalam sejarah. Ia telah berusaha meningkatkan tingkat ruhani dan moral suatu bangsa yang dicengkeram kebiadaban karena panas dan ketandusan Sahara. Ia lebih berhasil dibanding setiap pembaru mana pun. Begitu jarang orang bisa mewujudkan mimpinya sepenuh dia. Ia mencapai tujuannya melalui agama, bukan saja karena ia sendiri beragama, melainkan karena tidak ada medium lain yang dapat menggerakkan orang Arab waktu itu.

Disentuhnya daya khayal mereka, takut dan harap mereka, dan ia berbicara dengan bahasa yang bisa mereka pahami. Ketika ia datang , Arabia adalah padang pasir yang dihuni para penyembah berhala; ketika ia mati, Arabia adalah suatu umat,… Ia tegakkan agama yang sederhana, jelas, dan kuat. Suatu akhlak yang memiliki keberanian luar biasa dan menjadi kebanggaan, yang dalam satu generasi bergerak menuju ratusan kemenangan. Dalam satu abad satu kerajaan besar. Bahkan sampai saat ini umatnya tetap menjadi kekuatan dahsyat meliputi setengah dunia.

Will Durant adalah penulis yang produktif, tetapi apakah tulisannya tentang Muhammad sudah lengkap? Iqbal adalah filsuf dan sekaligus penyair, tetapi apakah Muhammad telah dicerminkan sempurna dalam untaian sajaknya? Al-Barzanji menghabiskan usianya untuk menggubah syair tentang Muhammad, tetapi apakah ia berhasil menggambarkan semua kebesaran Rasulullah saw.? jawabnya, tidak. Manusia besari ini mempunyai pribadi yang menembus berbagai aspek kehidupan. Ia menghimpun semua unsur peradaban besar dalam dirinya. 

Karena itu, merintihlah Dr. Ahmad Muhammad al-Hufy sebelum menulis Min Akhlaq an-Nabiy, “Ya Rasulallah, Junjunganku? Apakah kata-kata yang tak berdaya ini mampu mengungkapkan ketinggian dan keluhuranmu? Apakah penaku yang tumpul ini dapat menggambarkan budi pekertimu yang mulia? Bagaimana mungkin setetes air akan sanggup melukiskan samudera yang luas? Bagaimana mungkin sebutir pasir akan mampu menggambarkan gunung yang tinggi? Bagaimana mungkin sepercik cahaya akan dapat bercerita tentang matahari? Sejauh yang dapat dicapai oleh sebuah pena, hanyalah isyarat tentang keluhuran martabatmu, kedudukanmu yang tinggi dan singgasanamu yang agung.?

Karena itu, banyak ahli hanya mengambil satu aspek saja dari kehidupan Nabi Muhammad saw..

Tulisan ini berkenaan dengan kepemimpinan rasulullah. Tetapi Nabi Muhammad adalah pemimpin di segala bidang. Ia memimpin umat di masjid, juga di medan pertempuran. Ia tampak seperti seorang psikolog yang mengubah jiwa manusia yang biadab menjadi jiwa yang memancarkan peradaban. Tetapi ia juga kelihatan seperti seorang sosiolog yang bukan saja menyembuhkan berbagai masalah sosial, melainkan juga menegakkan.

Penulis lain, Michael Hart , menuliskan dalam bukunya “Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah” sebagai berikut:

Jatuhnya pilihan saya kepada Nabi Muhammad dalam urutan pertama daftar Seratus Tokoh yang berpengaruh di dunia mungkin mengejutkan sementara pembaca dan mungkin jadi tanda tanya sebagian yang lain. Tapi saya berpegang pada keyakinan saya, dialah Nabi Muhammad satu-satunya manusia dalam sejarah yang berhasil meraih sukses-sukses luar biasa baik ditilik dari ukuran agama maupun ruang lingkup duniawi.

Berasal-usul dari keluarga sederhana, Muhammad menegakkan dan menyebarkan salah satu dari agama terbesar di dunia, Agam Islam. Dan pada saat yang bersamaan tampil sebagai seorang pemimpin tangguh, tulen, dan efektif. Kini tiga belas abad sesudah wafatnya, pengaruhnya masih tetap kuat dan mendalam serta berakar.

Sebagian besar dari orang-orang yang tercantum di dalam buku ini merupakan makhluk beruntung karena lahir dan dibesarkan di pusat-pusat peradaban manusia, berkultur tinggi dan termpat perputaran politik bangsa-bangsa. Muhammad lahir pada tahun 570 M, di kota Mekkah, di bagian agak selatan Jazirah Arabia, suatu tempat yang waktu itu merupakan daerah yang paling terbelakang di dunia, jauh dari pusat perdagangan, seni maupun ilmu pengetahuan. Menjadi yatim-piatu di umur enam tahun, dibesarkan dalam situasi sekitar yang sederhana dan rendah hati. Sumber-sumber Islam menyebutkan bahwa Muhammad seorang buta huruf. Keadaan ekonominya baru mulai membaik di umur dua puluh lima tahun tatkala dia kawin dengan seorang janda berada. Bagaimanapun sampai mendekati umur empat puluh tahun nyaris tak tampak petunjuk keluarbiasaannya sebagai manusia.

Umumnya, bangsa Arab saat itu tak memeluk agama tertentu kecuali menyembah berhala. Di kota Mekkah ada sejumlah kecil pemeluk-pemeluk Agama Yahudi dan Nasrani, dan besar kemungkinan dari merekalah Muhammad untuk pertama kali mendengar perihal adanya satu Tuhan Yang Mahakuasa, yang mengatur seantero alam. Tatkala dia berusia empat puluh tahun, Muhammad yakin bahwa Tuhan Yang Maha Esa ini menyampaikan sesuatu kepadanya dan memilihnya untuk jadi penyebar kepercayaan yang benar.

Selama tiga tahun Muhammad hanya menyebar agama terbatas pada kawan-kawan dekat dan kerabatnya. Baru tatkala memasuki tahun 613 dia mulai tampil di depan publik. Begitu dia sedikit demi sedikit punya pengikut, penguasa Mekkah memandangnya sebagai orang berbahaya, pembikin onar. Di tahun 622, cemas terhadap keselamatannya, Muhammad hijrah ke Madinah, kota di utara Mekkah berjarak 200 mil. Di kota itu dia ditawari posisi kekuasaan politik yang cukup meyakinkan.

Peristiwa hijrah ini merupakan titik balik pentung bagi kehidupan Nabi. Di Mekkah dia susah memperoleh sejumlah kecil pengikut, dan di Medinah pengikutnya mulai makin bertambah sehingga dalam tempo cepat dia dapat memperoleh pengaruh yang menjadikannya seorang pemegang kekuasaan yang sesungguhnya. Pada tahun-tahun berikutnya sementara pengikut Muhammad bertumbuhan bagai jamur, serentetan pertempuran pecah antara Mekkah dan Madinah. 

Peperangan ini berakhir tahun 630 dengan kemenangan pada pihak Muhammad, kembali ke Mekkah selaku penakluk. Sisa dua tahun setengah dari hidupnya dia menyaksikan kemajuan luarbiasa dalam hal cepatnya suku-suku Arab memeluk Agam Islam. Dan tatkala Muhammad wafat tahun 632, dia sudah memastikan dirinya selaku penguasa efektif.

Apakah pengaruh Nabi Muhammad yang paling mendasar terhadap sejarah ummat manusia? Seperti halnya lain-lain agama juga, Islam punya pengaruh luar biasa besarnya terhadap para penganutnya. Itu sebabnya mengapa penyebar-penyebar agama besar di dunia semua dapat tempat dalam buku ini. Jika diukur dari jumlah, banyaknya pemeluk Agama Nasrani dua kali lipat besarnya dari pemeluk Agama Islam, dengan sendirinya timbul tanda tanya apa alasan menempatkan urutan Nabi Muhammad lebih tinggi dari Nabi Isa dalamdaftar. Ada dua alasan pokok yang jadi pegangan saya.

Pertama, Muhammad memainkan peranna jauh lebih penting dalam pengembangan Islam ketimbang peranan Nabi Isa terhadap Agama Nasrani. Biarpun Nabi Isa bertanggung jawab terhadap ajaran-ajaran pokok moral dan etika Kristen (sampai batas tertentu berbeda dengan Yudaisme), St. Paul merupakan tokoh penyebar utama teologi Kristern, tokoh penyebarnya, dan penulis bagian terbesar dari Perjanjian Lama.

Sebaliknya Muhammad bukan saja bertanggung jawab terhadap teologi Islam tapi sekaligus juga terhadap pokok-pokok etika dan moralnya. Tambahan pula dia “pencatat” Kitab Suci Al-Qur’an, kumpulan wahyu kepada Muhammad yang diyakininya berasal langsung dari Allah. Sebagian terbesar dari wahyu ini disalin dengan penuh kesungguhan selama Muhammad masih hidup dan kemudian dihimpun dalam bentuk yang tak tergoyangkan tak lama sesudah dia wafat. Al-Qur’an dengan demikian berkaitan erat dengan pandangan-pandangan Muhammad serta ajaran-ajarannya karena dia bersandar pada wahyu Tuhan.

Sebaliknya, tak ada satu pun kumpulan yang begitu terperinci dari ajaran-ajaran Isa yang masih dapat dijumpai di masa sekarang. Karena al-Qur’an bagi kaum Muslimin sedikit banyak sama pentingnya dengan Injil bagi kaum Nasrani, pengaruh Muhammad dengan perantaraan al-Qur’an teramatlah besarnya. Kemungkinan pengaruh Muhammad dalam Islam lebih besar dari pengaruh Isa dan St. Paul dalam dunia Kristen digabung jadi satu. Diukur dari semata-mata sudut agama, tampaknya pengaruh Muhammad setara dengan Isa dalam sejarah kemanusiaan.

Lebih jauh dari itu (berbeda dengan Isa) Muhammad bukan semata pemimpin agama tapi juga pemimpin duniawi. Fakta menunjukkan, selaku kekuatan pendorong terhadap gerak penaklukan yang dilakukan bangsa Arab, pengaruh kepemimpinan politiknya berada dalam posisi terdepan sepanjang waktu.

Dari berbagai peristiwa sejarah, orang bisa saja berkata hal itu bisa terjadi tanpa kepemimpinan khusus dari seseorang yang mengepalai mereka. Misalnya, koloni-koloni di Amerika Selatan mungkin saja bisa membebaskan diri dari kolonialisme Spanyol walau Simon Bolivar tak pernah ada di dunia. Tapi, misal ini tidak berlaku pada gerak penaklukan yang dilakukan bangsa Arab. Tak ada kejadian serupa sebelum Muhammad dan tak ada alasan untuk menyangkal bahwa penaklukan bisa terjadi dan berhasil tanpa Muhammad. Satu-satunya kemiripan dalam hal penaklukan dalam sejarah manusia di abad ke-13 yang sebagian terpokok berkat pengaruh Jengis Khan.

Penaklukan ini, walau lebih luas jangkauannya ketimbang apa yang dilakukan bangsa Arab, tidaklah bisa membuktikan kemapanan, dan kini satu-satunya daerah yang diduduki oleh bangsa Mongol hanyalah wilayah yang sama dengan sebelum masa Jengis Khan.

Ini jelas menunjukkan beda besar dengan penaklukan yang dilakukan oleh bangsa Arab. Membentang dari Irak hingga Maroko, terbentang rantai bangsa Arab yang bersatu, bukan semata berkat anutan Agama Islam tapi juga dari jurusan bahasa Arabnya, sejarah dan kebudayaan. Posisi sentral al-Qur’an di kalasngan kaum Muslimin dan tertulisnya dalam bahasa Arab, besar kemungkinan merupakan sebab mengapa bahasa Arab tidak terpecah-pecah ke dalam dialek-dialek yang berantakan. Jika tidak, boleh jadi sudah akan terjadi di abad ke-13.

Perbedaan dan pembagian Arab ke dalam beberapa negara tentu terjadi – tentu saja – dan nyatanya memang begitu, tapi perpecahan yang bersifat sebagian-sebagian itu jangan lantas membuat kita alpa bahwa persatuan mereka masih berwujud Tapi, baik Iran maupun Indonesia yang kedua-duanya negeri berpenduduk Muslimin dan keduanya penghasil minyak, tidak ikut bergabung dalam sikap embargo minyak pada musim dingin tahun 1973-1974. Sebaliknya bukanlah barang kebetulan jika semua negara Arab, semata-mata negara Arab, yang mengambil langkah embargo minyak.

Jadi, dapatlah kita saksikan, penaklukan yang dilakukan bangsa Arab di abad ke-7 terus memainkan peranan penting dalam sejarah umat manusia hingga saat ini. Dari segi inilah saya menilai adanya kombinasi tak terbandingkan antara segi agama dan segi duniawi yang melekat pada pengaruh diri Muhammad sehingga saya menganggap Muhammad dalam arti pribadi adalah manusia yang paling berpengaruh dalam sejarah manusia.

Satu tatanan sosial yang menakjubkan. Ia juga seorang politikus yang mempersatukan suku-suku bangsa hanya dalam waktu kurang dari seperempat abad. Ia juga pemimpin ruhani yang mengantarkan jiwa pengikutnya ke kelezatan samawiah dan keindahan ilahiah. Ia juga pemimpin kaum wanita, yang mengangkat kaum lemah ini dari sekedar pemuas nafsu menjadi manusia yang “di bawah telapak kakinya ada surga”. Ia juga pemimpin kaum fuqara’ dan masakin, hamba sahaya, dan kaum dhu’afa’.