Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Onde-Onde & Kolak Labu, Simbol Kebahagiaan Bugis Makassar

Onde-Onde & Kolak Labu, Simbol Kebahagiaan Bugis Makassar


Makassar - Masyarakat Bugis-Makassar terkenal sebagai masyarakat yang sangat gemar makan, khususnya makanan kue yang manis-manis. 

Penyajian kue yang manis-manis itu dapat dijumpai pada hampir semua jenis kue yang ada di Sulawesi Selatan seperti onde-onde, bella (kolak), barongko, cucuru’ bayao, sanggara’ balanda, kue biji nangka, beppa sarikaya, wajek, konteng, roko’-roko’ cangkuli, dan lain-lain. 


Penyajian kue-kue yang dominan manis ini disimbolkan adanya harapan-harapan yang baik yang ingin dicapai dalam kehidupan masyarakat Bugis – Makassar.


Lihat Juga : Kisah Ibu - Ibu Pendiri Makaroni Panggang

Onde-onde

Sebenarnya kue ini dapat kita temukan di hampir semua daerah di Indonesia. Tapi khusus untuk daerah Sulawesi Selatan atau masyarakat Bugis – Makassar, kue ini memiliki keistimewaan tersendiri. 

Istimewanya adalah karena kue ini dapat dijumpai pada hampir semua sajian makanan atau tradisi makan orang Bugis-Makassar. 


Tak heran jika dalam setiap sajian acara adat ataupun acara yang dianggap sakral oleh masyarakat Bugis-Makassar, makanan ini selalu disajikan. 

Misalnya saja pada acara selamatan (massalama’), acara syukuran (mappanre baca), acara naik rumah (menre’ dibola), pesta perkawinan (mappabbotting), sunatan/khitanan (massunna’ ana’), aqiqah (massalama’ ana’) dan lain-lain.


Kue ini diyakini dapat memberi berkah tersendiri sehingga ia menjadi kue wajib saji dalam setiap acara adat. 

Salah satu berkah yang diyakini oleh masyarakat Bugis – Makassar adalah karena dengan kue ini diharapkan orang yang mengadakan hajatan dapat merasakan hidup yang manis dan nikmatnya hidup ini sebagaimana filosofi onde-onde itu sendiri yaitu macenning na malunra’ (manis dan gurih/nikmat).


Dengan kue ini, diyakini juga bahwa orang yang memakannya dalam suatu hajatan tertentu tidak tenggelam dalam hidupnya sebagaimana filosofi onde-onde yang jika telah matang selalu mengapung atau tidak tenggelam. 


Tepung beras yang merupakan bahan dasarnya diyakini dapat menjadi perekat antara kelapa dan gula, yaitu perekat ikatan keluarga Bugis – Makassar yang sangat terkenal dengan kekerabatannya yang sangat kuat untuk tetap selalu bersatu, kompak, dan manis. 


Bentuknya yang bulat menandakan segala aktifitas pengambilan keputusan diambil secara bulat atau utuh, termasuk symbol dalam pengambilan keputusan dalam masyarakat Bugis-Makassar, misalnya keputusan dalam hal perkawinan, dalam hal acara selamatan kelahiran (aqiqah), dalam hal acara naik rumah, dan sebagainya.


Kolak Labu (Bella Lawo)


Makanan ini juga pada dasarnya biasa dijumpai dihampir semua daerah di Indonesia. Namun, khusus untuk daerah Sulawesi Selatan atau bagi masyarakat Bugis-Makassar, makanan ini memiliki arti tersendiri karena diyakini dapat menjadi pengantar manisnya kehidupan seseorang. 


Hal ini disebabkan dari filosofi makanan ini yang memiliki bahan dasar labu kuning, gula merah dan santan. 

Labu kuning sesuai dengan keberadaannya yang tidak pernah tenggelam di air diyakini dapat menjadi pengantar seseorang untuk tidak tenggelam dalam arus kehidupan, melainkan hidupnya selalu manis dan gurih/nikmat, sebagaimana keberadaan gula dan santan (kelapa) yang selalu macenning na malunra’ (manis dan nikmat/gurih).


Labu kuning yang bentuknya bulat juga menyiratkan niat untuk mem’bulat’kan tekad seseorang dalam mengarungi kehidupan di masa yang akan datang. 

Tak heran jika bella lawo ini sering dijumpai dalam tradisi acara menre’ dibola (naik rumah), atau acara massalama’ (selamatan kelahiran anak/aqiqah) dan sebagainya.