Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Antara “Daripada” dan “Mending”

Antara “Daripada” dan “Mending”
Antara “Daripada” dan “Mending”

Seringkali kita dihadapkan pada sebuah pilihan memilih suatu perkara  dengan perkara lainnya. Entah itu memilih jurusan kuliah, memilih pasangan hidup, bahkan sekedar memilih jalan mana yang kita ambil untuk berangkat sekolah. 

Ya ini menunjukan bahwa disetiap detik hidup kita, kita akan selalu dihadapkan pada sebuah pilihan. Pilihan antara kebaikan dan keburukan. Ataupun memilih antara kebaikan dan kebaikan.

Pada kebaikan dan keburukan sudah jelas. Sepatutnya sebagai seorang muslim kita memilih kebaikan dari pada keburukan. Misalnya lebih baik ikut kajian Islam atau menonto film di bioskop. Bagaimana jika diantara dua kebaikan? 

Misalnya berhijab, hafizhah atau menjadi berhijab , hafizhah dan aktif berdakwah? Tentu pilihan kedua lebih baik karena lebih banyak keuntungan. Dari pada sekedar berhijab dan hafizhah mending sekaligus menjadi pegiat dakwah. 

Hanya saja seringkali kita salah menempatkan kata “Daripada“ dan “Mending”. Kata yang seharusnya dipakai tatkala kita memilih dua kebaikan, justru dipakai pada dua hal yang sebetulnya juga sama-sama buruk.

Misalnya dari pada berhijab tapi tidak berakhlak baik, lebih baik berakhlak baik namun belum berhijab. Sering mendengar pernyataan seperti itu ? Atau misalnya dari pada salat tapi korupsi, lebih baik gak salat tapi jujur. Dalam skala lebih besar seperti politik dari pada muslim tapi korupsi, lebih baik kafir tapi gak korupsi.

Sekilas pernyataan semacam ini ada benarnya, namun sadarkah kita itu adalah bumerang bagi kita dan cermin ketidak-konsistenan kita dalam memberi penilaian sesuatu. Sebagai seorang muslim, tidak ada pilihan diantara dua hal yang buruk. 

Dan tidak ada salah satu yang lebih baik diantara keduanya. Karena 1 keburukan setara dengan 1 keburukan. Semuanya sama dihadapan Allah, tidak ada keburukan yang “mending” di hadapan Allah. Karena semuanya bentuk kemaksiatan dan penginkaran ketaatan kepada Allah. 

Sehingga tentu kita tidak memilih mana yang lebih baik, salat tapi korupsi, atau tidak salat tapi tidak korupsi. Karena tidak sholat dan Korupsi keduanya sama-sama dosa. Maka hal yang harus kita lakukan adalah membuat pilihan keputusan baru yaitu salat dan tidak korupsi

Semisal dengan kasus berhijab namun tidak berakhlak baik, atau berakhlak baik namun tidak berhijab. Mengapa kita tidak membuat pilihan baru yaitu berhijab dan berakhlak baik. Lebih nyaman bukan? Inilah permasalahan kita saat ini. 

Menempatkan sesuatu pada yang salah dan seolah dengan membuat alasan demikian maka perbuatan buruk kita dapat diterima. Sehebat-hebatnya kita membuat argumen untuk membenarkan argumen, tetap saja Allah lah yang mengetahui mata hati kita.

Dan Allah lah yang menentukan baik dan buruk, sehingga tidak akan pernah bisa dibohongi. Mana yang baik, dan mana yang buruk. Oleh karena itu, sudah sepatunya kita belajar untuk menempatkan kata “ Daripada” dan “ Mending” pada tempatnya. 

Karena sejatinya kedua kata tersebut hanya bisa dipakai saat memilih dua kebaikan . Bukan memilih antara salah satu hal buruk apalagi buruk diantara keduanya. 

Wallahu’alam bishawwab